Warga Desa Rengel Sulap Sampah Menjadi Produk Pertanian

foto/istimewa

sekilas.co – Bagi warga Desa Rengel, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, sampah kini bukan sekadar limbah tak bernilai. Di desa ini, sampah dikumpulkan dan diolah menjadi produk pertanian yang memberi keuntungan ekonomi, mulai dari pupuk organik, decomposer, hingga maggot. Tempat pengolahan sampah di Desa Rengel mulai beroperasi sejak 2023 berkat inisiatif pemerintah desa dan dukungan dari ExxonMobil Cepu Limited (EMCL).

Kepala Desa Rengel, Mundir, menjelaskan bahwa fasilitas tersebut dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). “Produk-produknya akan dipasarkan oleh Koperasi Desa Merah Putih. Jadi, untuk penjualan hasil produknya, BUMDes ini berkolaborasi dengan koperasi,” ujar Mundir kepada wartawan saat ditemui di lokasi pada Rabu, 5 November 2025.

Baca juga:

Proses pengolahan sampah dimulai dari pengumpulan dan penimbangan di bank sampah yang dijalankan oleh warga. Tak hanya sampah rumah tangga, sampah dari pasar tradisional dan lembaga desa juga dikumpulkan di TPS tersebut. Menurut Mundir, volume sampah di Desa Rengel bisa menjapai 55 hingga 66 meter kubik per hari.

**Mundir menjelaskan, fasilitas pengolahan sampah ini juga akan terkoneksi dengan program ketahanan pangan. Di lokasi TPS terdapat kolam budidaya ikan air tawar yang sedang dibangun. Pakan untuk ikan, kata Mundir, juga akan bersumber dari sampah yang telah diolah.

Warga Rengel sendiri terlibat dalam pengolahan melalui bank sampah. Ada delapan bank sampah yang tersebar di Desa Rengel. Salah satu warga yang terlibat aktif ialah Sri Mirah, ketua bank sampah dari RW5. Menurut Sri, sudah ada sekitar 100 nasabah di bank sampah wilayahnya.**

**Sri bercerita, sampah dikumpulkan dan ditimbang setiap satu bulan sekali. Dalam satu kali penimbangan, sampah dari lembaga seperti sekolah bisa menghasilkan hingga Rp 300 ribu. “Kalau milik pribadi mungkin hanya Rp 30 ribu-Rp 40 ribu, tapi ada rasa guyub rukun satu RW itu punya tabungan dari barang yang tidak berguna, yang ternyata bisa dinominalkan menjadi uang,” kata Sri kepada Tempo.

Community Relations ExxonMobil Joni Wicaksono menyebutkan bahwa pendapatan dari TPS Desa Rengel sudah bisa menutup biaya upah tenaga kerja di fasilitas tersebut. Sebagian pendapatan itu juga masuk ke dalam Pendapatan Asli Daerah. Meskipun, kata Joni, jumlahnya tidak besar.

Joni pun mengungkapkan alasan mengapa ExxonMobil memutuskan untuk mendampingi program pengolahan sampah di Desa Rengel. “ExxonMobil melihat bahwa Desa Rengel adalah bagian dari area proyek kami. Kebetulan kami punya fasilitas pipa sepanjang 73 kilometer melalui Desa Rengel. Kami melihat potensi desa-desa yang ada di sekitar situ,” ucap Joni kepada awak media.**

Artikel Terkait