Digitalisasi Industri Belum Optimal Menperin Perkuat Inovasi

foto/ilustrasi

Sekilas.co – Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan komitmennya memperkuat ekosistem inovasi transformasi digital di dalam negeri. Ia menilai digitalisasi pada proses produksi manufaktur masih berjalan lambat.

Dalam keterangannya di Jakarta, Rabu, Agus menyampaikan bahwa sejak 2018 Kemenperin telah mendorong transformasi digital melalui program Industri 4.0. Namun, hingga kini hasilnya dinilai belum memuaskan.

Baca juga:

Penerapan Industri 4.0 masih terbatas di sejumlah subsektor industri. Sebagian pelaku usaha masih menganggap transformasi digital sebagai beban biaya (cost), bukan sebagai investasi bagi keberlanjutan usahanya. Dari sisi internal, Kemenperin juga diakui kurang berinovasi dalam pengembangan serta penerapan program ini sehingga perlu evaluasi menyeluruh terhadap konsep, penerapan, dan capaian targetnya.

Agus mencontohkan, inovasi pada transformasi hijau melalui konsep Gisco dinilai lebih mudah diterima dalam ekosistem industri nasional.

Menurut data World Digital Competitiveness Ranking 2024 yang dirilis International Institute for Management Development (IMD), Indonesia naik dua peringkat dibanding tahun sebelumnya dan kini berada di posisi 43 dari 67 negara.

“Walaupun naik dua peringkat, tingkat digital competitiveness kita masih jauh dari memuaskan. Saya tidak puas dengan ranking ini. Kalau 43 dari 120 negara, itu masih oke,” kata Agus.

Salah satu aspek yang dinilai menonjol adalah future readiness atau kesiapan suatu negara memanfaatkan peluang digital, mencakup sikap adaptif, kelincahan bisnis, serta integrasi teknologi informasi.

Agus juga mengutip laporan Global Innovation Index (GII) 2024 dari World Intellectual Property Organization (WIPO), yang menempatkan Indonesia di peringkat 54 dari 133 negara, serta peringkat 8 di kelompok upper-middle income.

“Dalam laporan tersebut, enam indikator Indonesia membaik, antara lain publikasi ilmiah, investasi riset dan pengembangan (R&D), jumlah paten internasional, konektivitas digital, penggunaan robot, dan produktivitas tenaga kerja,” jelasnya.

Namun, ia menekankan pentingnya melihat perbandingan dengan negara negara lain, khususnya di kawasan ASEAN, yang masih berada di atas Indonesia.

Menperin memastikan pemerintah terus memperkuat ekosistem inovasi untuk mendorong adopsi teknologi digital di sektor manufaktur. Ia juga mendorong peningkatan usulan rintisan teknologi (Rintek) dari kalangan industri.

“Tahun ini hanya ada tambahan 15 judul inovasi baru dari 15 perusahaan industri. Kami berharap jumlah ini terus meningkat agar kreativitas di kalangan industri tumbuh subur,” ujarnya.

Lebih jauh, Agus optimistis transformasi digital dapat menjadi katalis bagi peningkatan produktivitas, percepatan inovasi, serta penguatan daya saing global. Dengan begitu, Indonesia bisa mewujudkan diri sebagai pusat industri modern yang kompetitif di kancah internasional.

Artikel Terkait