sekilas.co – Gubernur Lampung, Rahmat Mirzani Djausal, menyampaikan bahwa pemerintah daerah akan mulai mengembangkan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata pada tahun 2026.
“Yang paling menarik dari Lampung adalah sektor pariwisatanya, sebab Lampung terkenal dengan garis pantainya yang panjang, yakni hampir 70 persen wilayahnya berupa pantai,” ujar Gubernur Rahmat Mirzani Djausal saat membuka Lampung Economic Investment Forum secara daring di Bandarlampung, Selasa.
Ia menambahkan, dengan potensi alam dan objek wisata yang melimpah, sektor pariwisata di Lampung harus terus dikembangkan, salah satunya melalui penarikan investasi pariwisata ke daerah.
“Hari ini banyak kawasan pariwisata yang sudah mulai dikembangkan, namun masih secara organik. Tahun depan, kami merencanakan untuk mendesain pariwisata di sini dengan lebih baik melalui pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata,” katanya.
Ia menjelaskan, pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata di Lampung akan dibagi menjadi tiga segmen.
“Tiga hal yang ada di Lampung, yaitu pulau-pulau yang jaraknya hanya sekitar setengah jam dari Kota Bandarlampung, pantai yang 15-20 menit dari kota, dan gunung. Maka kami akan mengembangkan dua hingga tiga Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata. Yang pertama ada di Bakauheni, Lampung Selatan, yang kemungkinan dikembangkan oleh Mayapada Group dan Bakrie Group,” ucapnya.
Dia menambahkan, luas area yang akan dikembangkan di Bakauheni sekitar 5.000 hektare, sementara pengembangan di Kabupaten Pesawaran diperkirakan seluas 1.000-1.400 hektare.
“Harapannya, ketika Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata ini berdiri, arah pembangunan bisa dirancang khusus untuk meningkatkan sektor pariwisata daerah,” tambahnya.
Menurut Gubernur, dalam 10-20 tahun ke depan, Lampung diharapkan memiliki dua kawasan wisata dengan fasilitas yang sangat baik.
“Pada 2024, tercatat kunjungan wisatawan ke Lampung sebanyak 18 juta orang, baik domestik maupun mancanegara. Tahun ini, diproyeksikan jumlah kunjungan akan mencapai 28-30 juta wisatawan,” ujarnya.
Ia menekankan bahwa hal tersebut menunjukkan pertumbuhan kunjungan wisatawan dan peningkatan sektor pariwisata Lampung.
“Ini sangat menggembirakan. Tahun lalu, spending rate per kapita per kunjungan sekitar Rp1,3–1,4 juta, namun tahun ini sudah naik menjadi Rp1,8 juta. Jadi, hampir Rp50 triliun GDP Lampung berasal dari sektor pariwisata. Kami yakin, jika dikelola dengan baik dan investor datang, dampak sektor pariwisata akan berlipat ganda,” tutupnya.





