Pakar Ungkap Cara Orang Tua Dampingi Anak Bermain Gim dengan Sehat

foto/istimewa

sekilas.co – Pakar Budaya dan Komunikasi Digital dari Universitas Indonesia, Firman Kurniawan, membagikan kiat bagi orang tua agar dapat mendampingi anak dalam mengakses dan memainkan gim online secara sehat serta terhindar dari kecanduan.

Menurut Firman, saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Senin, orang tua disarankan untuk memahami dan mencari tahu gim yang dimainkan anak, sekaligus memastikan aktivitas fisik anak di dunia nyata tetap terpenuhi  menjadi beberapa poin penting yang ia bagikan.

Baca juga:

“Pertama, orang tua perlu tahu apa daya tarik yang membuat gim tersebut dibicarakan dan sering dimainkan oleh anak. Karena pada kelompok anak-anak memang ada peer pressure (tekanan dari teman sebaya), sehingga mungkin agar sama dengan teman-temannya, orang tua perlu mengizinkan  tapi dengan catatan: mendampingi, berdialog mengenai manfaat permainan itu, serta membuat kesepakatan terkait durasi bermain gim,” ujar Firman.

Agar pola bermain gim pada anak tetap terbilang sehat, Firman mengingatkan agar orang tua tidak hanya mendampingi secara fisik saat anak bermain di gawainya.

Orang tua harus benar-benar memiliki pemahaman yang tepat mengenai gim-gim yang dimainkan oleh anak, tidak hanya dari cara bermain, tetapi juga dari cara berkomunikasi di dalam permainan. Dengan demikian, orang tua dapat mengantisipasi serta menilai dampak positif dan negatif dari aktivitas bermain gim daring bagi anak.

Firman juga menyarankan agar orang tua menyeimbangkan kegiatan digital anak dengan aktivitas fisik di dunia nyata, sehingga konsumsi konten digital, termasuk gim, tidak menimbulkan kecanduan.

Menurut dia, saat ini cukup banyak komunitas yang terbuka untuk mengajak masyarakat aktif bergerak dan bermain di ruang nyata. Salah satu komunitas yang cukup terkenal adalah Kampoeng Dolanan, yang berbasis di Surabaya, Jawa Timur. Komunitas ini aktif mengajak anak-anak generasi muda untuk mengenal dan memainkan permainan tradisional secara langsung.

“Jadi, anak diajarkan bahwa interaksi langsung itu juga menyenangkan. Bermain dan menggerakkan tubuh membuat diri menjadi nyaman. Kegiatan-kegiatan seperti ini benar-benar diciptakan agar memiliki daya tarik,” ujar Firman.

Masalah kecanduan gim daring menjadi salah satu tantangan di era digital, termasuk bagi anak-anak. Berdasarkan survei Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada 2020, sekitar 71,3 persen anak usia sekolah di Indonesia diketahui telah menggunakan gawai mereka dalam waktu yang cukup lama.

Dalam survei tersebut juga terungkap bahwa sebanyak 55 persen di antaranya menghabiskan waktu bermain gim, baik secara daring maupun luring, melalui gawai.

Sebagai langkah untuk memastikan generasi muda memiliki ruang bermain yang aman, pemerintah baru saja memperkenalkan sistem klasifikasi gim bernama Indonesia Game Rating System (IGRS) yang akan berlaku efektif mulai 2026.

Aturan ini mewajibkan pengembang gim mencantumkan klasifikasi usia pada setiap gim yang dipublikasikan di Indonesia, sehingga dapat menjadi panduan bagi pemain untuk mengakses konten sesuai dengan batas usia yang ditetapkan.

Sistem tersebut mengelompokkan gim berdasarkan usia pemain, yaitu 3+, 7+, 13+, 15+, dan 18+. Para pengembang diwajibkan mencantumkan label usia sesuai dengan muatan konten yang ditampilkan dalam gim.

Artikel Terkait