Media Demo: Suara Rakyat di Ruang Publik

foto/istimewa

Aksi demonstrasi sudah menjadi bagian dari kehidupan berdemokrasi. Melalui demo, masyarakat berusaha menyuarakan aspirasi, menuntut perubahan, atau mengkritik kebijakan yang dianggap merugikan. Namun, aksi di jalan tidak akan punya dampak besar jika tidak diberitakan. Di sinilah media memainkan peran penting sebagai penghubung antara suara rakyat dan perhatian publik yang lebih luas.

Media memiliki kekuatan untuk mengubah sebuah demo menjadi isu besar yang dibicarakan di mana mana. Sebuah liputan televisi, artikel berita daring, atau unggahan viral di media sosial dapat membuat tuntutan demo dikenal banyak orang. Dengan begitu, tujuan utama demo untuk menyampaikan pesan menjadi lebih efektif.

Baca juga:

Namun, cara media memberitakan sebuah demo sering kali menentukan bagaimana masyarakat menilainya. Jika media menekankan pada kedamaian dan substansi tuntutan, publik bisa melihat demo sebagai gerakan aspiratif. Sebaliknya, jika yang ditonjolkan adalah kericuhan, maka citra demo akan tampak negatif. Inilah yang disebut framing dalam pemberitaan.

Di era digital, media sosial memperluas ruang pemberitaan demo. Peserta bisa langsung merekam, menulis, dan membagikan situasi di lapangan. Fenomena citizen journalism ini membuat arus informasi lebih cepat dan beragam. Namun, sisi negatifnya, informasi yang beredar tidak selalu akurat dan bisa menimbulkan bias atau bahkan hoaks.

Kritik terhadap media juga kerap muncul ketika mereka dianggap lebih tertarik meliput demo besar daripada demo kecil. Padahal, tidak sedikit aksi kecil yang membawa isu penting namun luput dari pemberitaan. Hal ini menimbulkan kesan bahwa media hanya mengikuti arus popularitas isu, bukan semata mata menjalankan fungsi sebagai penyampai suara rakyat.

Meski begitu, keberadaan media tetap krusial. Mereka adalah jembatan yang menghubungkan suara masyarakat dengan pemangku kebijakan. Dengan liputan yang luas, isu isu yang awalnya dianggap kecil bisa mendapat perhatian besar dan memicu diskusi publik yang lebih mendalam.

Akhirnya, masyarakat juga punya peran untuk menyikapi media dengan kritis. Jangan hanya terpaku pada satu sumber berita, tetapi bandingkan dari berbagai media agar perspektif yang didapat lebih seimbang. Dengan begitu, media dan demo dapat berjalan beriringan dalam memperkuat demokrasi dan menjaga ruang publik tetap terbuka bagi suara rakyat.

Artikel Terkait