Apa yang Terjadi pada Konsol Game Saat Media Fisik Mulai Ditinggalkan

foto/ilustrasi

Sebuah pertanyaan yang semakin relevan tiap tahun adalah apakah konsol di masa depan akan semakin mirip dengan PC. Pasalnya, produsen seperti Sony dan Microsoft perlahan tapi pasti berupaya mengurangi ketergantungan pada media fisik dalam konsol mereka.

Lantas, apakah game akan sepenuhnya digital, penuh dengan DRM, dan terkunci pada satu akun virtual yang bisa hilang sewaktu waktu? Apakah media fisik kehilangan popularitas karena dianggap lebih merepotkan dibanding pustaka digital yang dapat diakses tanpa perlu mengganti disc atau cartridge? Bagaimana nasib konsol di masa depan?

Baca juga:

Masa Depan Konsol Game Sangat Suram untuk Kolektor Media Fisik?

Meski narasi game digital sudah ada sejak dua dekade lalu berkat kemunculan Steam, titik balik yang nyata terjadi saat Sony dan Microsoft merilis konsol generasi ke-9 mereka, yaitu PS5 dan Xbox Series S.

Mungkin banyak dari kalian menyadari bahwa untuk pertama kalinya, kedua perusahaan besar ini merilis konsol utama dalam dua varian: satu dengan disc dan satu lagi sepenuhnya digital. Awalnya, langkah ini tidak mendapatkan respons positif, apalagi dengan harga yang meningkat sementara fitur media fisik justru dikurangi.

Namun, perusahaan tetap bersikukuh. Alasan untuk menekan harga dan anggapan bahwa tidak semua orang mengoleksi game fisik dijadikan justifikasi untuk terus menjual konsol tanpa media fisik. Bahkan kini, Sony merilis PS5 Pro dengan blu-ray drive yang harus dibeli secara terpisah.

Menukarkan Fisik dengan Digital Only

Sekarang pertanyaannya: mengapa produsen menganggap media fisik sudah tidak relevan? Jawabannya beragam, namun argumen paling kuat biasanya didasarkan pada statistik bahwa gamer lebih memilih membeli game secara digital. Selain lebih mudah, game digital bisa langsung dimainkan pada hari pembelian, sedangkan game fisik harus menunggu pengiriman hingga sampai ke rumah.

Belum lagi soal biaya. Game fisik membutuhkan ongkos produksi untuk packaging dan media itu sendiri, berbeda dengan game digital yang hanya memerlukan platform digital store dan biaya server untuk dijual langsung ke gamer.

Karena itu, game digital lebih mudah diberikan diskon dalam kondisi tertentu. Developer bahkan bisa memberikan potongan harga atau menggratiskan game jika perlu—sesuatu yang sulit dilakukan pada game fisik karena keterbatasan biaya produksi.

Internet Mengubah Segalanya

Popularitas game digital saat ini tidak lepas dari kontribusi jaringan internet yang tersebar secara global. Kecepatan unduh kini bukan lagi hambatan bagi sebagian besar negara, dan internet telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari hari, memungkinkan game digital berkembang pesat.

Ketika gamer terbiasa memainkan game melalui distribusi digital, mereka perlahan mulai merasa tidak terlalu membutuhkan game fisik. Dari sudut pandang mereka, kualitas game dan layanan hampir tidak berbeda, bahkan terkadang game digital lebih murah, sehingga pilihan untuk membeli versi digital menjadi logis.

Hadirnya internet juga mengubah metode pembelian game, dari model beli putus menjadi sistem subskripsi. Contohnya adalah Xbox Game Pass milik Microsoft dan Ubisoft Plus, yang memungkinkan gamer menikmati ratusan game dengan biaya langganan yang relatif murah. Sistem ini disambut positif karena memberikan akses luas tanpa harus membeli game satu per satu.

Permainan Jangka Panjang Industri Gaming

Meski game digital sudah umum, saat ini hanya Microsoft yang tampak benar benar menyelam ke dalam ekosistem tersebut. Sony masih terlihat berhati hati, baru memasukkan kaki sejengkal ke dalam air, kemungkinan karena mereka masih memiliki bisnis blu-ray disc yang tentu tidak boleh terganggu.

Yang agak disayangkan adalah Nintendo. Sebelumnya, Switch tetap mempertahankan versi fisik. Namun sejak pengumuman Switch 2 dan sistem Game-Key yang kontroversial, harapan tinggi terhadap Nintendo untuk tetap mengedepankan game fisik tampak meredup. Perusahaan yang sebelumnya dipercaya untuk mempertahankan media fisik kini seolah mengikuti tren industri.

Game game Switch 2 bisa hadir dalam bentuk fisik, digital, atau gabungan keduanya. Cartridge fisik tetap disediakan, tetapi file game tetap perlu diunduh dari internet. Cara ini memicu beragam pendapat di kalangan gamer; ada yang beranggapan metode ini tidak berbeda dengan game digital, hanya saja pembeli mendapatkan bonus cartridge fisik.

Perlu dicatat, Game-Key card masih belum dirilis ketika artikel ini ditulis. Jadi, penerimaan di kalangan gamer sebatas opini saja, dan bagaimana implementasinya nanti—baik atau buruk—belum bisa dipastikan.

Masa Depan Media Fisik, Punah dalam Waktu Dekat?

Dengan konteks panjang lebar di atas, apa kesimpulannya? Menurut penulis, meski media fisik tidak akan hilang dalam waktu dekat, ia akan menjadi barang mewah di masa depan. Konsol akan tetap fokus pada digital karena itu yang selama ini diperjuangkan para produsen.

Mungkin di generasi ke-10 nanti, media fisik tidak sepenuhnya hilang. Namun, jika menebak, nyawanya kemungkinan hanya tersisa beberapa generasi lagi. Model bisnis game live service yang merajalela, ditambah layanan subskripsi yang semakin populer, membuat media fisik kehilangan nilai tambah bagi gamer. Tapi, apakah ini hal yang baik? Jawabannya tidak sesederhana itu.

Bagi mereka yang gemar mengoleksi game fisik dan menjual kembali ke pasar bekas, ini tentu kerugian. Namun, bagi gamer yang mengincar diskon atau ingin memainkan game segera setelah rilis, digital adalah pilihan utama.

Pertanyaan terakhir: Apakah kamu termasuk kolektor game yang harus memiliki versi fisik? Atau gamer modern yang nyaman dengan koleksi digital? Menurut kamu, mana yang terbaik?

 

Artikel Terkait