Sejumlah industri padat karya di India mulai merasakan tekanan berat karena ekspor mereka terdampak signifikan setelah penerapan tarif 50 persen Amerika Serikat (AS) yang mulai berlaku sepekan lalu.
Pemerintahan Trump sebelumnya telah memberlakukan tarif tambahan sebesar 25 persen untuk barang-barang India setelah negara Asia Selatan itu memilih tetap membeli minyak Rusia, sehingga total tarif menjadi 50 persen.
Di antara industri padat karya yang diperkirakan paling terdampak oleh tarif baru AS adalah tekstil, permata dan perhiasan, kulit, produk kelautan, serta barang barang teknik.
Menurut laporan media dari kantor berita swasta India, Asian News International (ANI), industri benang dan rajutan menghadapi “ketidakpastian” akibat tarif 50 persen tersebut.
Laporan itu mengutip keterangan seorang pekerja bernama Thangaraj di sebuah pabrik rajut di Tiruppur, Negara Bagian Tamil Nadu, India selatan. Ia mengatakan, “Saya telah bekerja di Tiruppur selama 10 tahun terakhir. Saat ini, akibat penerapan pajak AS, produksi melambat. Jika situasi ini terus berlanjut, pekerjaan saya akan terancam.”
“Di Tiruppur, jika seseorang meninggalkan industri ini, tidak ada alternatif pekerjaan lain. Oleh karena itu, saya meminta pemerintah pusat dan negara bagian untuk segera mengambil tindakan yang tepat,” tambahnya.
Direktur pelaksana pabrik tekstil Prosper Exports, Viswanadan, mengatakan bahwa pajak 50 persen yang diberlakukan AS memberikan dampak parah bagi perusahaannya.
“Saat ini, kami mengekspor sekitar 10 persen dari produksi kami ke AS, dan hal itu kini menjadi beban besar bagi kami. Hampir semua produsen ekspor di Tiruppur sangat bergantung pada pasar AS; semua terkena dampaknya,” ujar dia.
Ia meminta pemerintah pusat dan negara bagian untuk bekerja sama mencari solusi.
“Akan sangat membantu jika kami diberikan pinjaman tanpa bunga,” tambahnya.
Laporan media lainnya menyebutkan, setelah AS memberlakukan tarif 50 persen untuk sepatu kulit India, industri alas kaki di Agra, utara Negara Bagian Uttar Pradesh, berhenti beroperasi. Dengan terhentinya produksi, pesanan, dan ekspor, para produsen memperingatkan bahwa tarif AS tidak hanya merugikan pelaku ekspor India tetapi juga konsumen di Amerika.
“Seiring masuknya para pesaing global, pangsa pasar India yang mencapai 20 persen di pasar ekspor kulit yang sangat kompetitif kini terancam,” menurut laporan tersebut.
Agra merupakan salah satu pusat manufaktur sepatu di India utara.





